Hidup Memadai di Masa Pensiun

Posted on April 11, 2008. Filed under: National |

Oleh: ANDI SURUJI

Kerja keras sewaktu muda, bersenang-senang di hari tua, lalu mati masuk surga. Itulah anekdot yang sering kita dengar dalam perbincangan masyarakat kelas menengah. Tentu setiap orang mendambakan siklus hidup yang ideal tersebut. Bukan isapanjempol asalkan ada tekad dan paling penting memang mempersiapkannya sejak dini

Perusahaan finansial global menyelenggarakan sebuah survei bertitel AXA Retire­ment Scope 2008 yang digelar di 26 negara dan 5 benua bertujuan untuk mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat terhadap pensiun.

Khusus di Indonesia, hasil survei itu cukup mencengangkan. Sebanyak 65 persen pensiunan Indonesia ternyata tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Nah Iho, bagaimana bisa bersenang-senang!

Jika pensiunan tak mampu memenuhi kebutuhan seha­ri-hari, tentu berbagai faktor penyebab. Tergantung gaya hidup pensiun kelak. Makin “mewah” gaya hidupnya tentu membutuhkan biaya besar pula.

Akan tetapi, bisa juga kebu­tuhan itu bukan semata bersifat konsumtif, lebih pada persoalan kesehatan. Seiring dengan bertambahnya usia, biasanya kese­hatan seseorang pun memang semakin menurun. Oleh karena itu, biaya pengobatan atau perawatan kesehatan menjadi sema­kin besar, sementara penghasilan jelas sudah jauh berkurang ketimbang pada saat masih bekerja aktif.

Karena itulah, mempersiapkan diri memasuki pensiun, baik secara mental maupun finansial, harus sedini mungkin. Secara mental, harus disadari bahwa penghasilan jauh menurun. ‘^Ka­rena itulah, saat masih aktif bekerja seseorang harus aktif dan disiplin menyisihkan sebagian penghasilannya untuk persiapan menjemput datangnya masa pensiun,” ujar seorang manajer investasi.

Memang banyak orang yang mengatakan betapa sulitnya menabung. “Bagaimana mau me­nyisihkan kalau penghasilan hanya cukup untuk menutup ke­butuhan sehari-hari,” ujar Syafei, seorang pegawai swasta.

Di situlah persoalannya. Hidup memang pilihan. Ada buku yang sangat provokatif berjudul Save or Sorry. Artinya, kira-kira “menabung atau menyesal di kemudian hari”.

Survei AXA itu mengungkapkan, sebagian besar masyarakat Indonesia memang belum sadar akan pentingnya mempersiapkan pensiun dengan baik. Se­banyak 60 persen persiapan pensiun yang dilakukan masya­rakat Indonesia hanya berdasarkan peraturan pemerintah, yaitu melalui Jamsostek dengan prog­ram Jaminan Hari Tua.

”Pensiun seharusnya merupakan persiapan pribadi masing-masing setiap orangtua.”

Randy Lianggara

Padahal, seiring perkembangan ekonomi yang tidak menentu, berapa besar dana yang kita butuhkan untuk hidup layak di masa pensiun tentu sukar juga ditebak sejak sekarang. Namun, dengan merencanakan berapa besar dana yang hendak kita gunakan dalam menjalani masa pensiun itu dengan berbagai problematik di usia senja, men­jadi sangat penting diatur sejak dini. Makin awal melakukan persiapan pensiun tentu semakin ringan biaya yang harus dialokasikan. Untuk itu, berkonsultasi dengan ahli keuangan, menyerahkan pengelolaan ke­uangan persiapan pensiun kepada manajer investasi atau pengelola dana pensiun merupa­kan tindakan yang bijak.

“Dengan semakin mengerti perilaku dan persepsi masyara­kat Indonesia, kami pun dapat menyediakan solusi yang terbaik bagi nasabah sehingga membuat nasabah semakin percaya diri dalam melakukan persiapan pensiun dan mewujudkan impiannya saat masa pensiun tiba,” ujar Randy Lianggara, Country CEO AXA Indonesia.

Lebih cepat

Rata-rata pekerja Indonesia berharap dapat pensiun pada usia 54 tahun dan rata-rata pen­siunan Indonesia berharap da­pat pensiun di usia 57 tahun. Dibandingkan dengan negara la­in, rata-rata usia pensiun yang diharapkan pensiunan Indonesia hampir sama dengan di negara-negara Asia Tenggara. Sementara itu, rata-rata usia pensiun yang diharapkan pekerja Indo­nesia relatif rendah dibanding­kan dengan negara lain.

Dengan kata lain, pekerja In­donesia berharap untuk cepat pensiun. Sebanyak 53 persen pe­kerja Indonesia telah memper­siapkan pensiun mereka pada usia 39 tahun. Ini cukup terlambat dibandingkan negara Asia lain. Singapura, misalnya, umumnya pekerja telah mem­persiapkan pensiun pada usia 34 tahun. Di Amerika Serikat pekerjanya mempersiapkan pen­siun pada usia 30 tahun.

Dari 26 negara yang disurvei, Filipina merupakan negara yang pekerjanya paling muda dalam melakukan persiapan pensiun, yaitu mulai usia 28 tahun. Pen­siunan di Indonesia rata-rata mempersiapkan pensiunnya pa­da usia 47 tahun.

“Dengan melihat perbedaan usia persiapan pensiun antara pekerja dan pensiunan Indone­sia, kami cukup lega karena setidaknya kesadaran untuk me­lakukan persiapan pensiun yang lebih baik dari pekerja Indonesia saat ini sudah meningkat cukup tinggi dibandingkan pendahulunya. Pertanyaannya, bagaimana mereka mempersiapkannya? Tepatkah persiapan yang mere­ka lakukan?” ujar Randy.

Secara umum pensiun dipersepsikan memiliki kualitas hidup yang lebih baik atau sama de­ngan saat bekerja. Sebanyak 38 persen pekerja Indonesia mera­sa optimistis memiliki kualitas hidup yang lebih baik (peringkat ke-4 dari 26 negara), 30 persen pekerja optimistis memiliki kua­litas hidup sama, dan hanya 32 persen pekerja merasa akan mengalami penurunan kualitas hidup.

Sebaliknya, hanya 23 persen pensiunan Indonesia merasa optimis kualitas kehidupan mereka lebih baik. Angka ini di bawah rata-rata Asia Tenggara.

Sumber: Kompas, 26 Maret 2008

Make a Comment

Leave a comment

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...